SPIRIT RAMADHAN 1432 H,
bagi Anda yang ingin sukses dunia dan akherat, silahkan isi Formulir Kesediaan dibawah ini :
FORMULIR PROGRAM SPIRIT RAMADHAN 1432 H
Bismillahirrahmaanirrhiim,dengan mengharap Ridho dan Karunia Allah SWT, kami :
Nama :.................
Alamat:................
Profesi:................
Telepon:.................., Hp:..................................
Bersedia menyalurkan Kewajiban dan Amal-amal sunnah kami dibawah ini kepada Lembaga Manajemen Infaq(LMI) :
* Zakat Fitrah atas nama ............,.................,.....................,...........
.............Jiwa x Rp.20.000,- =Rp.........................
* Zakat Maal/Profesi atas nama............................. = Rp.........................
* Buka Puasa untuk ...........orang x Rp.10.000,- = Rp.................................
* Wakaf Alat Sholat Rp.100.000,- x ......set = Rp.........................
* Wakaf Al-Qur'an Terjemah per kata Rp.100.000,- x ....exp = Rp.................................
* Fidyah atas nama........................, .........hari x Rp.10.000,- = Rp.................................
* Bingkisan Hari Raya untuk ..........anak x Rp.100.000,- = Rp.................................
* Infaq / Sedekah = Rp.................................
JUMLAH =Rp................................
Demikian, semoga menjadi berkah buat kami dan bermanfaat buat paramustahik/penerima yang berada dibawah Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Sidoarjo
-------------------------------
Marhaban Ya Ramadhan...Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga tetap sehat, segar dan bugar. Mohon maaf lahir dan batin.
Salurkan dana sosial anda ke Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Cabang Sidoarjo:
- Program Pintar : Bea siswa anak-anak dhuafa
- Program Sehati : Layanan Kesehatan untuk dhuafa
- Program Emas : Membangun ekonomi masyarakat dhuafa
- Program Yatim : Biaya hidup anak yatim
- Program Dakwah : Layanan Dakwah masyarakat
- Program kemanusiaan : Peduli korban bencana
Setelah Anda isi formulir tersebut silahkan Anda kirim ke email lmi_sda@yahoo.co.id, sedangkan jumlah uangnya bisa Anda kirim ke salah satu rekening :
Bank MANDIRI :
1410010177020 a/n. LMI
Bank SYARIAH MANDIRI :
0320100101 a/n. LMI
Konfirmasi : 031 72502298(fleksi), 081331109071, 085648560709
Konsultasi Keislaman dan keimanan, Ustadz LMI :Ust. Mudzoffar (08123287780)Ust. Agung Cahyadi (031-70480844)
Kamis, 28 Juli 2011
Rabu, 27 Juli 2011
Zakat bisa mensejahterakan masyarakat
Kaum muslimin yang mampu wajib menunaikan Zakat. Penunaian zakat oleh para muzakki merupakan pelaksanaan kewajiban kepada Allah atas harta benda dan rizki yang diperolehnya sebagai bentuk kesadaran dan pengakuan akan adanya hak pihak lain. Perintah kewajiban menunaikan zakat sama kuatnya dengan pelaksanaan rukun Islam lainnya, seperti syahadat, shalat, puasa Ramadhan, dan ibadah haji. Zakat bersama-sama dengan infaq dan shadaqah (ZIS) menjadi instrumen ekonomi yang penting dalam pemerintahan Islam. Hasil pengumpulan ZIS bermanfaat untuk memberdayakan 8 asnaf (QS. At-Taubah/9: 60) dan kepentingan syiar Islam lainnya.
Penunaian kewajiban zakat dalam sistem pemerintahan Islam pada masa lalu berhasil mensejahterahkan masyarakat secara materi dan meluruskan aqidah umat. Pendistribusian hasil zakat yang dikumpulkan di Baitulmaal sebagai Lembaga Amil Zakat pada saat itu, mampu mengentaskan kemiskinan. Penanaman pentingnya melaksanakan kewajiban zakat telah dimulai secara intensif sejak zaman nabi Muhammad Salallahu ‘alihi wassalam di Madinah. Zaman pemerintahan khlaifah Abu Bakar, para muzakki yang ingkar dipaksa dengan kekuatan militer untuk menunaikan zakat. Keberhasilan metode zakat lebih terlihat pada masa pemeritahanan khalifah Umar bin Khattab. Khalifah Umar bin Khattab mengangkat Muaz bin Jabal yang menjabat sebagai Gubernur di Yaman menjadi Ketua Amil Zakat di sana. Muaz bin Jabal pada tahun pertama, berhasil mengirimkan 1/3 dari surplus dana zakat ke pemerintahan pusat, tetapi kiriman tersebut dikembalikan oleh amirul mukminin ke Yaman. Muaz kembali mengirimkan ½ dari surplus dana zakat yang terkumpul di Baitulmaal pada tahun ke 2, sedangkan di tahun ketiga semua dana zakat dikirimkan ke pemerintahan pusat, karena sudah tidak ada lagi orang yang mau menerima dana zakat dan merasa sebagai mustahik. Akhirnya dana zakat dari Yaman tersebut dialihkan pemanfaatannya ke daerah lain yang membutuhkan.
Pelaksanaan zakat sebagai instrumen ekonomi pembangunan Islam mengalami pasang surut. Keberhasilan metode zakat sangat dipengaruhi oleh visi pemerintah yang berkuasa pada saat itu. Setelah melewati beberapa masa pemerintahan Islam, metode zakat kembali menunjukkan keberhasilannya dalam mensejahterahkan masyarakat dan meluruskan aqidah umat. Abu Ubaid meriwayatkan bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, Gubernur Baghdad Yazid bin Abdurrahman mengirim surat kepada Amirul Mukminin tentang melimpahnya dana zakat di Baitulmaal karena sudah tidak ada lagi yang mau menerima zakat. Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk memberikan upah kepada mereka yang biasa menerima upah. Yazid menjawab bahwa kami sudah memberikannya tetapi dana zakat begitu banyak di Baitulmaal. Umar bin Abdul Aziz selanjutnya menginstruksikan untuk memberikan dana zakat tersebut kepada mereka yang berhutang dan tidak boros. Yazid menjelaskan bahwa kami sudah bayarkan hutang-hutang mereka, tetapi dana zakat begitu banyak di Baitulmaal. Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar ia mencari orang lajang yang ingin menikah agar dinikahkan dan dibayarkan maharnya. Yazid menjelaskan bahwa hal itu sudah dilaksanakan, tetapi dana di Baitulmaal masih banyak. Akhirnya Umar bin Abdul Aziz memerintahkan agar Yazid bin Abdurrahman mencari seorang yang mempunyai usaha dan kekurangan modal, lalu memberikan mereka modal tambahan tanpa harus mengembalikannya.
Kisah sukses metode zakat dalam mensejahterahkan masyarakat dan meluruskan aqidah umat di atas tentu saja menjadi dambaan kita saat ini. Kisah di atas menjelaskan kepada kita bahwa ada satu garis lurus (benang biru) yang menghubungkan antara pemerintah, muzakki, dan mustahiq pada masa itu. Benang biru tersebut adalah ketiga pihak memiliki aqidah yang lurus, sehingga mereka dapat melaksanakan ajaran Islam dengan benar. Keberhasilan tidak akan pernah terjadi apabilah pemerintah dan amil melakukan korupsi dan ketidakadilan di satu sisi. Di sisi lain kaum muslimin pada waktu itu tahu betul bahwa menjadi muzakki lebih mulia dari pada mustahiq.
Di indonesia saat ini, akibat pembengkokan aqidah, maka pengamalan ajaran Islam terutama ZIS menjadi bias. Muzakki sekaligus menjadi amil dan tidak tertutup kemungkinan merangkap sebagai mustahiq. Sebagian kaum muslimin bangga menjadi pememinta-minta, bahkan ada yang mengkondisikan diri agar layak menjadi peminta-minta. Situasi ini menyadarkan kita bahwa memang perlu dilakukan pencerahan pemahaman dan pengelolaan ZIS. Reaktualisasi dan peningkatan kemampuan zakat perlu dilalukan secara terencana dan teuys menerus.
Kini Istri dan 3 anaknya Om Je butuh bantuan hidup, Mau bantukah Anda???
Terdampar di Sidoarjo, Hidup Berkat Bantuan LMI

[ Senin, 30 Agustus 2010 ] Jawa Pos, halaman 41
Jefri Prima Bolang, Sutradara Si Bolang, yang Terhenti Karirnya karena Kanker
Terdampar di Sidoarjo, Hidup Berkat Bantuan LMI
Kesehatan adalah salah satu karunia terbesar yang harus disyukuri manusia. Tanpa kesehatan yang prima, apa yang dapat dilakukan manusia. Setidaknya, itulah pengalaman hidup yang bisa dipetik dari Jefri Prima Bolang, 44.
AD'HA DIA AGUSTIN (wartawan Jawa Pos) Sidoarjo
MATAHARI bersinar cukup terik siang itu. Saat Jawa Pos tiba di depan teras rumah di Dusun Krembung Barat, Krembung, jarum jam menunjukkan pukul dua siang.
Suasana gerah itu sedikit tak terasa saat telinga menangkap celoteh beberapa anak kecil yang bermain di halaman rumah tersebut. Anak-anak memang selalu menebarkan keceriaan.
Beberapa saat kemudian Jawa Pos dan tim dari Lembaga Manajemen Infak (LMI) disambut oleh wanita setengah baya. Dengan ramah dia mempersilakan kami masuk. Wanita tersebut adalah Ester Wahyuni, 33. Dia adalah istri Jefri Prima Bolang, seniman musik dan juga sutradara.
Jefri Prima Bolang kini bukan lagi seniman yang prima seperti beberapa tahun lalu. Karirnya terpangkas oleh penyakit yang menggerogoti tubuhnya.
Tak berapa lama menunggu, seorang lelaki dengan perawakan kurus keluar menemui kami. Dialah Jefri Prima Bolang. Sosoknya jauh dari gambaran seorang seniman yang sangat berpengaruh dan telah menyutradarai banyak film di TVRI
.
Jefri, antara lain, dikenal sebagai pencetus salah satu reality show Bolang, Bocah Petualang, yang ditayangkan salah satu televisi swasta nasional.
Laki-laki kelahiran Manado 44 tahun silam itu kini tampak kurus. Rambutnya dibiarkan memanjang dengan jenggot panjang yang juga tak terurus.
Sesekali bicaranya tersengal-sengal karena penyakit yang bersarang di tubuhnya. Dokter telah memvonis Jefri mengidap penyakit kanker tenggorokan. ''Kanker ini dikategorikan kanker ganas,'' jelas Agung Heru Setiawan, kepala cabang LMI Sidoarjo.
Kanker tersebut telah menyerang bagian mata dan otaknya sehingga dia tidak dapat melihat. Berkali-kali dia harus meminta maaf kepada Jawa Pos karena tidak dapat mengatakan dan menyelaraskan apa yang ada di pikiran dan perkataannya.
Penderitaan keluarga tersebut tak berhenti pada kondisi kesehatan sang tiang keluarga. Sang istri, Ester Wahyuni, yang diharapkan bisa menggantikan peran Jefri, ternyata tak sepenuhnya bisa diandalkan. Sebab, Ester sendiri harus berjuang melawan penyakit hepatitis.
Karena itulah, ketiga anak mereka, Gebi, 10, Putra, 8, Nanda, 2,5, kini tidak bisa melanjutkan sekolah. Parahnya, si bungsu, Satriya, yang baru lahir 19 Agustus lalu, ternyata mengidap kelainan jantung.
''Sampai saat ini bayi tersebut belum bisa dibawa pulang karena harus dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya,'' ujar Agung.
Sementara itu, Ester tidak bisa menyusui Satriya karena dikhawatirkan penyakit hepatitis yang dideritanya menular kepada anaknya.
Sebelum tinggal di Sidoarjo, keluarga tersebut tinggal di Malang. Karena tak punya biaya hidup, Om Je, panggilan Jefri, memutuskan membawa keluarganya pulang ke kampung halaman di Manado.
Biaya perjalanan ditanggung keluarga besarnya. Namun, dalam perjalanan ke bandara, Om Je diberi pilihan bahwa dia harus kembali ke agama keluarganya, Kristen. Sebelumnya, Om Je dan keluarga merupakan mualaf. ''Saya memilih tinggal di sini walaupun saya serba kekurangan,'' ujarnya sambil meneteskan air mata. Dia ingin anaknya tetap beragama Islam.
Akhirnya, atas uluran seorang warga Bulang, Krembung, dia perbolehkan tinggal di gudang miliknya. Sampai suatu hari dia ditawari bantuan oleh lembaga zakat LMI, ''Saya menganggap itu berkah dari Allah SWT,'' ujar Om Je bersyukur. (c2/ib)
Jefri Prima Bolang, Sutradara Si Bolang, yang Terhenti Karirnya karena Kanker
Terdampar di Sidoarjo, Hidup Berkat Bantuan LMI
Kesehatan adalah salah satu karunia terbesar yang harus disyukuri manusia. Tanpa kesehatan yang prima, apa yang dapat dilakukan manusia. Setidaknya, itulah pengalaman hidup yang bisa dipetik dari Jefri Prima Bolang, 44.
AD'HA DIA AGUSTIN (wartawan Jawa Pos) Sidoarjo
MATAHARI bersinar cukup terik siang itu. Saat Jawa Pos tiba di depan teras rumah di Dusun Krembung Barat, Krembung, jarum jam menunjukkan pukul dua siang.
Suasana gerah itu sedikit tak terasa saat telinga menangkap celoteh beberapa anak kecil yang bermain di halaman rumah tersebut. Anak-anak memang selalu menebarkan keceriaan.
Beberapa saat kemudian Jawa Pos dan tim dari Lembaga Manajemen Infak (LMI) disambut oleh wanita setengah baya. Dengan ramah dia mempersilakan kami masuk. Wanita tersebut adalah Ester Wahyuni, 33. Dia adalah istri Jefri Prima Bolang, seniman musik dan juga sutradara.
Jefri Prima Bolang kini bukan lagi seniman yang prima seperti beberapa tahun lalu. Karirnya terpangkas oleh penyakit yang menggerogoti tubuhnya.
Tak berapa lama menunggu, seorang lelaki dengan perawakan kurus keluar menemui kami. Dialah Jefri Prima Bolang. Sosoknya jauh dari gambaran seorang seniman yang sangat berpengaruh dan telah menyutradarai banyak film di TVRI
.
Jefri, antara lain, dikenal sebagai pencetus salah satu reality show Bolang, Bocah Petualang, yang ditayangkan salah satu televisi swasta nasional.
Laki-laki kelahiran Manado 44 tahun silam itu kini tampak kurus. Rambutnya dibiarkan memanjang dengan jenggot panjang yang juga tak terurus.
Sesekali bicaranya tersengal-sengal karena penyakit yang bersarang di tubuhnya. Dokter telah memvonis Jefri mengidap penyakit kanker tenggorokan. ''Kanker ini dikategorikan kanker ganas,'' jelas Agung Heru Setiawan, kepala cabang LMI Sidoarjo.
Kanker tersebut telah menyerang bagian mata dan otaknya sehingga dia tidak dapat melihat. Berkali-kali dia harus meminta maaf kepada Jawa Pos karena tidak dapat mengatakan dan menyelaraskan apa yang ada di pikiran dan perkataannya.
Penderitaan keluarga tersebut tak berhenti pada kondisi kesehatan sang tiang keluarga. Sang istri, Ester Wahyuni, yang diharapkan bisa menggantikan peran Jefri, ternyata tak sepenuhnya bisa diandalkan. Sebab, Ester sendiri harus berjuang melawan penyakit hepatitis.
Karena itulah, ketiga anak mereka, Gebi, 10, Putra, 8, Nanda, 2,5, kini tidak bisa melanjutkan sekolah. Parahnya, si bungsu, Satriya, yang baru lahir 19 Agustus lalu, ternyata mengidap kelainan jantung.
''Sampai saat ini bayi tersebut belum bisa dibawa pulang karena harus dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya,'' ujar Agung.
Sementara itu, Ester tidak bisa menyusui Satriya karena dikhawatirkan penyakit hepatitis yang dideritanya menular kepada anaknya.
Sebelum tinggal di Sidoarjo, keluarga tersebut tinggal di Malang. Karena tak punya biaya hidup, Om Je, panggilan Jefri, memutuskan membawa keluarganya pulang ke kampung halaman di Manado.
Biaya perjalanan ditanggung keluarga besarnya. Namun, dalam perjalanan ke bandara, Om Je diberi pilihan bahwa dia harus kembali ke agama keluarganya, Kristen. Sebelumnya, Om Je dan keluarga merupakan mualaf. ''Saya memilih tinggal di sini walaupun saya serba kekurangan,'' ujarnya sambil meneteskan air mata. Dia ingin anaknya tetap beragama Islam.
Akhirnya, atas uluran seorang warga Bulang, Krembung, dia perbolehkan tinggal di gudang miliknya. Sampai suatu hari dia ditawari bantuan oleh lembaga zakat LMI, ''Saya menganggap itu berkah dari Allah SWT,'' ujar Om Je bersyukur. (c2/ib)
Pak Jefry disambangi wartawan Jawa Pos Mbak Adha, semoga berkah dan manfaat.
Jefry Prima Bolang, namanya. Pria asal Manado ini, saya kenal nyaris setahun lalu dalam perjumpaan yang jelas telah direncanakan oleh sang Maha Sutradara, Allah SWT.
Omje. Demikian panggilan akrabnya. Perjumpaan saya dengan sosok nyentrik ala “Gombloh” itu diawali dari prolog pertelpon dari seorang sahabat donator LMI, Pak Iksir, namanya. Pak Iksir bilang, waktu itu saya msh beraktivitas di LMI, kalo Omje ini seorang kawan dekatnya, muallaf, yang tengah menderita kanker saluran pernafasan (nasofaring).
Singkat cerita, sore itu –saya lupa waktu definitfnya-, pasca telpon dari pak Iksir, saya pun bertemu dengan Omje di Kantor Nginden Intan no.12. Omje pun datang membawa duka-deritanya, lengkap dengan hasil lab di sebuah Rumah Sakit di Malang, tentang kanker faring yang dideritanya. Termasuk kondisi finansialnya yang ambruk akibat dirinya yang tiada berpenghasilan pasca menderita faring. Selepas Isya, setelah panjang-lebar kisah duka-deritanya, Omje saya sangoni untuk pulang ke rumah kawannya di bilangan Surabaya tengah.
Pasca pertemuan sore itu saya dan Omje nyaris tidak pernah berkomunikasi lagi. Padahal saya “menjanjikannya” solusi untuk masalahnya. Apa sebab? Ya, jelas. Saya dengan “kebodohan” nalar saya begitu berhitung -ala otak kiri- untuk menolong saudara seiman yang tengah goyah akibat duka-deritanya. Waktu itu, hasil lab menyatakan bahwa butuh kemoterapi+penanganan medis lainnya yang berbiaya tinggi. Dan saat itu, LMI tidak memiliki pos dana yang besar untuk kasus Omje. Maka bantuan untuk Omje pun tiada realisasi.
Sampai akhirnya, sekitar bulan Juli, jelang Ramadhan 1431 H, Omje mengirimi saya pesan pendek, yang membuat saya segera bereaksi cepat. Bunyi SMS itu menjelaskan, bahwa posisi dia dan keluarganya saat itu ada di desa Bulang Klepon Sidoarjo. Menumpang gubug salah satu family istrinya. 2 anaknya, Gaby dan Putra pun kehilangan kesempatan bersekolah karena tiada biaya+harus “mengungsi” ke Bulang. Si Kecil Nanda pun tiada mendapat asupan gizi cukup. Diperparah dengan sang istri, Ister Wahyuni tengah hamil tua. Lengkap sudah. Omje sudah tidak sanggup lagi untuk menanggung beban hidupnya bersama keluarganya. Omje benar-benar butuh bantuan!!
Alhamdulillah, dibantu oleh sahabat-sahabat LMI Sidoarjo, Omje+keluarga pun memperoleh tempat tinggal yang lebih layak di daerah Krembung Sidoarjo. Gaby+Putra juga kembali bersekolah. Setelah itu, proses penanganan medis Omje pun berjalan.
++++++++++++++++++
Sahabat,
Omje adalah seorang pujangga-preneur. Selama berinteraksi dengan beliau, saya mendapati dirinya yang berbalut tubuh ringkih, adalah sosok nan kaya akan ide kreatif dan sangat entrepreneur.
Dirinya selalu ingin mencipta karya. Tidak mau bermalas-malasan, meskipun didera kanker ganas. Ada passion yang nyata begitu kuat meletup-letup dalam dirinya untuk berkreasi, yang tak mampu dipendam oleh keringkihan fisiknya.
Setiap bertemu dengannya, Omje selalu menyampaikan gagasan baru+ide2 breakthrough. Beberapa syair lagu pun diciptanya begitu saja, sembari merenung singkat.
Bahkan, ditengah sakitnya, dia bertekad untuk berangkat ke Jakarta, bertemu dengan Ustadz Jefri Al Bukhori (Uje) untuk menyedekahkan syair lagu religinya. Saat itu, jelang Ramadhan. Saat itu, saya termasuk yang “mencegahnya” berangkat ke Jakarta, mengingat kondisi fisiknya yang drop.
Baru selepas Ramadhan 1431H, Omje akhirnya tetap berangkat ke Jakarta untuk merealisasi beberapa ide kreatifnya, sebagai wujud eksistensinya di Bumi Allah.
++++++++++++++++
Sahabat,
kini Omje telah berpulang ke sisi Allah SWT.
Hari ini, Rabu, 9 Maret 2011. Beberapa pesan pendek saya terima di Balckberry saya, dari beberapa sahabat, mengabarkan berita duka tersebut.
Bagi saya,
Kepergiannya ini tidak berarti dia menyerah dengan kondisi fisiknya..
Kepergiannya ini lebih pada memenuhi panggilan Rabb-nya
“Wahai jiwa yang menentramkan, pulanglah engkau kembali kepada Rabb-mu dengan sepenuh keridhaan. Masuklah kamu ke dalam (barisan) hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu. (QS. Al Fajr: 27-30)”.
Dan (mungkin) kepergiannya sekaligus untuk mendampingi putra bungsunya, Satria Jibril, yang meninggal di usia sangat muda, 31 hari, 20 September 2010 lalu (baca note saya: Dan (Jiwa) Satria itu telah berpulang...)
++++++
Allahummaghfirlahu..warhamhu wa'aafihi wa'fu 'anhu
Allahumma laa tahrimnaa ajrohu..wa laa taftinnaa ba'dahu..waghfirlanaa walahu..
Selamat Jalan Omje ...
Serial Entrepreneurship 8: (In Memoriam) Omje Sang Pujangga-preneur
oleh Wahyu Novyan
Omje. Demikian panggilan akrabnya. Perjumpaan saya dengan sosok nyentrik ala “Gombloh” itu diawali dari prolog pertelpon dari seorang sahabat donator LMI, Pak Iksir, namanya. Pak Iksir bilang, waktu itu saya msh beraktivitas di LMI, kalo Omje ini seorang kawan dekatnya, muallaf, yang tengah menderita kanker saluran pernafasan (nasofaring).
Singkat cerita, sore itu –saya lupa waktu definitfnya-, pasca telpon dari pak Iksir, saya pun bertemu dengan Omje di Kantor Nginden Intan no.12. Omje pun datang membawa duka-deritanya, lengkap dengan hasil lab di sebuah Rumah Sakit di Malang, tentang kanker faring yang dideritanya. Termasuk kondisi finansialnya yang ambruk akibat dirinya yang tiada berpenghasilan pasca menderita faring. Selepas Isya, setelah panjang-lebar kisah duka-deritanya, Omje saya sangoni untuk pulang ke rumah kawannya di bilangan Surabaya tengah.
Pasca pertemuan sore itu saya dan Omje nyaris tidak pernah berkomunikasi lagi. Padahal saya “menjanjikannya” solusi untuk masalahnya. Apa sebab? Ya, jelas. Saya dengan “kebodohan” nalar saya begitu berhitung -ala otak kiri- untuk menolong saudara seiman yang tengah goyah akibat duka-deritanya. Waktu itu, hasil lab menyatakan bahwa butuh kemoterapi+penanganan medis lainnya yang berbiaya tinggi. Dan saat itu, LMI tidak memiliki pos dana yang besar untuk kasus Omje. Maka bantuan untuk Omje pun tiada realisasi.
Sampai akhirnya, sekitar bulan Juli, jelang Ramadhan 1431 H, Omje mengirimi saya pesan pendek, yang membuat saya segera bereaksi cepat. Bunyi SMS itu menjelaskan, bahwa posisi dia dan keluarganya saat itu ada di desa Bulang Klepon Sidoarjo. Menumpang gubug salah satu family istrinya. 2 anaknya, Gaby dan Putra pun kehilangan kesempatan bersekolah karena tiada biaya+harus “mengungsi” ke Bulang. Si Kecil Nanda pun tiada mendapat asupan gizi cukup. Diperparah dengan sang istri, Ister Wahyuni tengah hamil tua. Lengkap sudah. Omje sudah tidak sanggup lagi untuk menanggung beban hidupnya bersama keluarganya. Omje benar-benar butuh bantuan!!
Alhamdulillah, dibantu oleh sahabat-sahabat LMI Sidoarjo, Omje+keluarga pun memperoleh tempat tinggal yang lebih layak di daerah Krembung Sidoarjo. Gaby+Putra juga kembali bersekolah. Setelah itu, proses penanganan medis Omje pun berjalan.
++++++++++++++++++
Sahabat,
Omje adalah seorang pujangga-preneur. Selama berinteraksi dengan beliau, saya mendapati dirinya yang berbalut tubuh ringkih, adalah sosok nan kaya akan ide kreatif dan sangat entrepreneur.
Dirinya selalu ingin mencipta karya. Tidak mau bermalas-malasan, meskipun didera kanker ganas. Ada passion yang nyata begitu kuat meletup-letup dalam dirinya untuk berkreasi, yang tak mampu dipendam oleh keringkihan fisiknya.
Setiap bertemu dengannya, Omje selalu menyampaikan gagasan baru+ide2 breakthrough. Beberapa syair lagu pun diciptanya begitu saja, sembari merenung singkat.
Bahkan, ditengah sakitnya, dia bertekad untuk berangkat ke Jakarta, bertemu dengan Ustadz Jefri Al Bukhori (Uje) untuk menyedekahkan syair lagu religinya. Saat itu, jelang Ramadhan. Saat itu, saya termasuk yang “mencegahnya” berangkat ke Jakarta, mengingat kondisi fisiknya yang drop.
Baru selepas Ramadhan 1431H, Omje akhirnya tetap berangkat ke Jakarta untuk merealisasi beberapa ide kreatifnya, sebagai wujud eksistensinya di Bumi Allah.
++++++++++++++++
Sahabat,
kini Omje telah berpulang ke sisi Allah SWT.
Hari ini, Rabu, 9 Maret 2011. Beberapa pesan pendek saya terima di Balckberry saya, dari beberapa sahabat, mengabarkan berita duka tersebut.
Bagi saya,
Kepergiannya ini tidak berarti dia menyerah dengan kondisi fisiknya..
Kepergiannya ini lebih pada memenuhi panggilan Rabb-nya
“Wahai jiwa yang menentramkan, pulanglah engkau kembali kepada Rabb-mu dengan sepenuh keridhaan. Masuklah kamu ke dalam (barisan) hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu. (QS. Al Fajr: 27-30)”.
Dan (mungkin) kepergiannya sekaligus untuk mendampingi putra bungsunya, Satria Jibril, yang meninggal di usia sangat muda, 31 hari, 20 September 2010 lalu (baca note saya: Dan (Jiwa) Satria itu telah berpulang...)
++++++
Allahummaghfirlahu..warhamhu wa'aafihi wa'fu 'anhu
Allahumma laa tahrimnaa ajrohu..wa laa taftinnaa ba'dahu..waghfirlanaa walahu..
Selamat Jalan Omje ...
Rentenir berkedok Koperasi

Menangis-nangis ke LMI Sidoarjo, menceritakan duka lara kehidupannya, seorang Ibu yang mempunyai anak 5, berawal tidak punya biaya persalinan anaknya yang ke-5 dia harus berhutang ke sebuah koperasi, karena penghasilan suami yang pas2an tidak bisa mengangsur hutangnya, ditagih setiap hari tentunya sungguh beban moral yang berat. Hutang sebesar 2,5 juta kini menjadi 2 kali lipat yang harus dibayarnya, kalau tidak segera ditutup bisa jadi 3 kali lipat lagi. Ibu yang bernama mamik pun berupaya cari bantuan, hampir 1 bulan jalan kaki mencari orang yang maumembantu, mendatangi ke lambaga-lembaga sosial tuk belas kasihan dan mau membantunya, ternyata belum ada yang tergugah mengulurkan tangan. Bersyukurlah di jalan Bu Mamik melihat banner LMI Sidoarjo, terbesit di hatinya untuk segera mendatangi kantor LMI Sidoarjo, maka dicatatnya alamatnya. Dengan jalan kaki yang sangat melelahkan dan sengat terik panas matahari membuatnya badan panas, lelah dan berkeringat, sampailah ke kantor LMI Sidoarjo.
Curahan hati dan keluhan deritanya sungguh membuat kami ikut terharu dan tak kuasa menahan air mata. ya Allah masih ada hambaMu yang sangat menderita…Ya Allah kami terpanggil untuk membantu hambaMu yang menderita.
Kami pun segera survey melihat kenyataan yang ada di tempat tinggalnya, memamg nyata dihadapan kami sebuah keluarga hidup penuh derita, anak-anak yang tak terawat dan tak terurus membuat hati pilu.
Kami segera mendatangi Koperasi yang telah memberikan hutang pada Ibu tersebut untuk menyelesaikan hutangnya, kami mencoba menawar agar dapat sedikit pengurangan, Alhamdulillah negoisasi kami diterima walau tidak besar. Kami pun melunasi hutangnya.
Yang sungguh membuat kami heran dan aneh tapi nyata adalah di ruang tamu koperasi tersebut ada tulisan besar yang berbunyi “Koperasi ini semakin terdepan mengentas kemiskinan dan bukan rentenir”. Di papan namanya juga tertulis nomer ijin dari departemen yang terkait.
Bu Mamik sangat lega dan menangis terharu setelah semuanya hutangnya diselesaikan. Kami pun memberikan arahan agar hidup lebih baik dan semakin rajin beribadah, kami siapkan bantuan modal usaha untuknya sambil kami bantu dan dibina, Insya Allah sampai hidupnya bisa kembali normal dan sejahtera.
Tentunya di masyarakat kita masih banyak bu Mamik-bu Mamik lainnya yang terjerat rentenir baik ada ijin maupun tidak ada ijinnya. Memang benar Rentenir itu bagai Lintah darat yang menyedot tubuh sampai tak berdaya.
Kalau kita tak peduli, apakah kita biarkan masyarakat seperti ini?
BISA MERAWAT JENAZAH MENAMBAH ARTI HIDUP

Firman Allah Swt :
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan. ( QS. Al 'Ankabuut : 57).
Ayat tersebut mempertegas bahwa kita yang hidup di dunia ini pasti akan merasakan mati. Yang jadi permasalahan sekarang adalah, tidak ada manusia satupun yang apabila mati kemudian berangkat sendiri menuju liang kuburnya. Tentu saja hal ini adalah menjadi kewajiban bagi orang yang masih hidup, terutama keluarga yang ditinggalkannya untuk mengurusnya sampai menguburkannya. Jadi setiap muslim wajib mengetahui tatacara bagaimana merawat jenazah yang sesuai dengan tuntunan agama Islam, walau hukumnya wajib kifayah.
Itulah sebagian tema perbincangan kami dengan Ibu Mardiyati di rumahnya. Beliau adalah donatur LMI Sidoarjo yang juga penggagas TPQ At Taqwa di lingkungan perumahan Park Royal Regency Buduran. TPQ At Taqwa yang di kelola oleh LMI Sidoarjo kerjasama dengan Takmir Mushola At Taqwa tersebut telah bisa memenuhi harapan warga yang ingin anak-anaknya bisa mengaji, berdoa sehari-hari dan ilmu agama lainnya yangs sesuai usia anak-anak. Dengan didukung Bapak Moch. Sodik suaminya tercinta Bu Mardiyati berusaha mengajak tetangga-tetangganya di perumahannya untuk senantiasa belajar agama Islam yang baik. Warga biasa lebih akrab memanggilnya Bu Sodik, karena ketelatenannya dalam berdakwah membuat warga merasa senang pada beliau. Sebagai Ketua Pengajian ibu-ibu di perumahan tersebut, tentunya warga sangat percaya kalau Bu Sodik adalah orang tepat untuk mengadu masalah-masalah yang terjadi terutama para ibu-ibu. Bu Sodik dengan sabar dan bijak berusaha memberikan solusi dan pencerahan.
Bu Sodik yang mempunyai 3 anak dan 3 cucu juga bercerita tentang pengalamannya ikut pengajian ketika masih di tinggal di kawasan Sidotopo Surabaya. Pengajian yang diikutinya itu membuat beliau merasa ada hidayah dan membuat perubahan hidupnya yang lebih baik. Apalagi dari pengajian tersebut Bu Sodik akhirnya bisa merawat jenazah, yang mana perawatan jenazah ini banyak orang muslim yang tidak bisa melakukannya. “ Kita harus belajar dan berani melaksanakan perawatan jenazah ini, tidak hanya Pak Modin saja yang bisa”ujar Bu Sodik. Di tempat tinggalnya dulu Bu Sodik menjadi tumpuan warga untuk merawat jenazah apabila ada yang meninggal dunia. Dari pengalaman merawat jenazah inilah beliau merasa hidupnya penuh arti.
Pada kunjungan kami tersebut beliau juga bercerita bagaimana proses anak perempuannya yang pertama menikah dengan seorang pemuda mualaf yang kini tinggal dan bekerja di perusahaan milik negara Oman. “ Alhamdulillah anak dan menantu saya hidup bahagia dan taat ibadah”. Kebetulan sekali saat itu anaknya yang di Oman bernama Farida menghubungi Bu Sodik, terdengar oleh kami tampak bahagia dan gembira ibu dan anak dalam percakapan lewat ponsel tersebut.
Bu Sodik yang sekarang hanya hidup berdua saja dengan suaminya, karena anak-anaknya sudah dewasa dan mandiri, sangat mendukung program-program LMI yang ada, berharap bisa istiqomah dan amanah dalam mengelola dana ummat. Semoga Ibu Sodik sekeluarga senantiasa mendapatkan rahmat dan lindungan Allah swt. Amin.

Spirit Ramadhan
PENAWARAN TERBATAS…….HANYA DALAM BULAN RAMADHAN………….
MAU TAMBAH AMAL DI BULAN RAMADAHAN………………….???
LMI Sidoarjo mengajak Bapak/ Ibu sekalian kaum muslimin dan muslimat untuk menambah amal di bulan suci Ramadhan 1432 H ini melalui Program Spirit Ramadhan.
Caranya adalah dengan menyishkan sedikit rejeki kita untuk berbagi dengan Saudara-saudara kita yang termasuk kaum Dhuafa (fakir miskin, yatim piatu, dll). Zakat, Infaq maupun sedekah Anda akan kami salurkan melalui program-program pemberdayaan dhuafa.
Sekecil apapun bantuan Bapak/Ibu, sangat berarti besar bagi mereka yang membutuhkan. Semoga Allah SWT meridhoi semua niat suci kita. Amin yaa rabbal alamin.
Marhaban Ya Ramadhan...Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga tetap sehat, segar dan bugar. Mohon maaf lahir dan batin.
Salurkan dana sosial anda ke Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Cabang Sidoarjo:
- Program Pintar : Bea siswa anak-anak dhuafa
- Program Sehati : Layanan Kesehatan untuk dhuafa
- Program Emas : Membangun ekonomi masyarakat dhuafa
- Program Yatim : Biaya hidup anak yatim
- Program Dakwah : Layanan Dakwah masyarakat
- Program kemanusiaan : Peduli korban bencana
Bank MANDIRI :1410010177020 a/n. Lembaga Manajemen Infaq-Ukhuwah Islamiyah (LMI_UI)
Bank SYARIAH MANDIRI :0320100101 a/n. LMI Cabang Sidoarjo
BRI Syariah :1001938556 a/n. LMI Cabang Sidoarjo
Konfirmasi : 031 72502298(fleksi), 081331109071, 085648560709
MAU TAMBAH AMAL DI BULAN RAMADAHAN………………….???
LMI Sidoarjo mengajak Bapak/ Ibu sekalian kaum muslimin dan muslimat untuk menambah amal di bulan suci Ramadhan 1432 H ini melalui Program Spirit Ramadhan.
Caranya adalah dengan menyishkan sedikit rejeki kita untuk berbagi dengan Saudara-saudara kita yang termasuk kaum Dhuafa (fakir miskin, yatim piatu, dll). Zakat, Infaq maupun sedekah Anda akan kami salurkan melalui program-program pemberdayaan dhuafa.
Sekecil apapun bantuan Bapak/Ibu, sangat berarti besar bagi mereka yang membutuhkan. Semoga Allah SWT meridhoi semua niat suci kita. Amin yaa rabbal alamin.
Marhaban Ya Ramadhan...Selamat menjalankan ibadah puasa, semoga tetap sehat, segar dan bugar. Mohon maaf lahir dan batin.
Salurkan dana sosial anda ke Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Cabang Sidoarjo:
- Program Pintar : Bea siswa anak-anak dhuafa
- Program Sehati : Layanan Kesehatan untuk dhuafa
- Program Emas : Membangun ekonomi masyarakat dhuafa
- Program Yatim : Biaya hidup anak yatim
- Program Dakwah : Layanan Dakwah masyarakat
- Program kemanusiaan : Peduli korban bencana
Bank MANDIRI :1410010177020 a/n. Lembaga Manajemen Infaq-Ukhuwah Islamiyah (LMI_UI)
Bank SYARIAH MANDIRI :0320100101 a/n. LMI Cabang Sidoarjo
BRI Syariah :1001938556 a/n. LMI Cabang Sidoarjo
Konfirmasi : 031 72502298(fleksi), 081331109071, 085648560709
Saya ingin bermanfaat bagi banyak orang...
Sosoknya sederhana dan ramah, senyum yang diberikannya tak pelak membuat lawan bicaranya merasa enjoy saat berbicara dengannya. Itulah sosok seorang Triawan A.H, SE Marketing Manajer Ramayana Dept Store Jawa Timur
“Saya memang tidak bisa marah, kalaupun bisa marah paling hanya nada bicara yang ditegaskan, itupun kalau pas memberikan penekanan arahan kerja pada anak buah,” kata Triawan sambil tersenyum.
Toh, meski ia sifatnya yang low profile, tapi di mata para stafnya, Triawan dikenal tegas. “Bapak memang tidak pernah marah, orangnya selalu senyum. Tapi ia tegas. Makanya kami di sini nyaman dengan kepemimpinannya,” ungkap salah satu karyawan memberikan penilaian.
Merintis karir dari nol membuat dirinya tak sombong dan mau mengayomi para bawahannya. Tapi jangan salah, Triawan bukanlah sosok yang lembek. Ia punya mental tangguh sebagai pekerja keras. Dengan modal kerja keras dan keuletannya itulah, akhirnya ia mampu mencapai pucuk pimpinan Marketing di Ramayana Dept Store Jawa Timur, yang kantor kerjanya di Ramayana Sidoarjo.
Alumnus Universitas Muhammadiyah Jember ini mempunyai keteguhan hati dalam prinsip hidupnya. “Hidup dibuat enjoy aja deh, tapi senantiasa bersyukur kepada Allah swt atas segala karunianya.” Katanya. Menurutnya hidup senantiasa berusaha mengikuti jalan yang ditentukan oleh agama, sehingga pekerjaan yang kita geluti tetap membawa keberkahan untuk diri dan keluarga.
Meski sudah malang melintang berkarir, tapi ia tetap rendah hati. Ia merasa semua pengalamannya mulai dari level bawah hingga ke top manager di Ramayana harus dibagi dengan para anak buahnya. “Supaya mereka bisa termotivasi dan tidak patah semangat untuk bekerja. Inikan juga bagian dalam transformasi ilmu, bagus untuk perusahaan,” katanya sambil tertawa.
“Saya ingin bermanfaat bagi banyak orang,” terang ayah Farel Alif Putra Iwanta, makanya Donatur LMI Sidoarjo ini menganjurkan untuk banyak- banyak bersedekah, dengan bersedekah hidup terasa lebih baik. Allah telah memberikan banyak hikmah dalam kehidupannya, Triawan yang tinggal di Puri Surya Jaya Nagoya Grand E3/20 Gedangan ini pernah terbaring sakit parah tetapi Allah begitu sayang padanya dengan diberi kesempatan untuk dapat kembali beraktivitas dengan sehat. Demikian pula Allah sangat memperhatikan doa-doa hambanya. Triawan terus berdoa agar segera diberi momongan, semenjak menikahi Rita Indarti P, SE. beberapa tahun menunggu sang bayi akhirnya dikabulkan Allah swt. Baginya ini anugrah terindah dalam hidupnya.
Di sela-sela kesibukannya Triawan juga gemar bermain musik. Untuk menyalurkan hobinya yang satu ini, ia tak sungkan-sungkan bermain musik bersama teman-temannya. ”Wah, kalau sudah begitu, rasanya kepenatan saya bekerja bisa hilang, dan kembali termotivasi untuk terus bermanfaat bagi orang banyak,” ucap pria kelahiran Surabaya ini.
Tarhib Ramadhan LMI Sidoarjo

Sedikitnya 100 orang masyarakat serempak menggelar pawai Tarhib Ramadhan di kawasan Sidoarjo kota, Ahad (24/7/2011). Aski tersebut digelar di bawah kordinator Komite Sekolah Insan Kamil bekerjasama dengan LMI Sidoarjo dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 1432 Hijriyah.
Tarhib dan pawai itu diawali mereka sekitar pukul 06.00 WIB., dengan menggelar orasi di alun-alun depan Masjid Agung Sidoarjo. Selanjutnya, ratusan massa peserta aksi itu bergerak longmach menelusuri ruas Jalan di Sidoarjo.
Melalui aksi tersebut, mereka mengajak kepada seluruh umat muslim di daerahnya untuk mempersiapkan diri dan memenuhi kewajiban ibadah puasa ramadan. Mereka juga mengajak kepada seulruh masyarakat Sidoarjo agar menjaga kesucian bulan Ramadan dengan meninggalkan dan mencegah segala bentuk kemaksiatan.
Di samping itu, melalui aksi tersebut mereka meminta kepada seluruh elemen masyarakat agar berperan aktif mengisi ramadan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan islami. Terkait dengan itu, Ustadz Syarif Muhtarom, di hadapan peserta tarhib dan pawai itu menyatakan sangat berharap kepada masyarakat untuk berperan aktif mengisi serta menjaga kesucian bulan Ramadan.
Sementara itu, tarhib dan pawai yang melibatkan ratusan massadan anak-anak SD Insan Kamil Sidoarjo itu juga dihibur Nasyid Ukhuwah LMI dengan membawakan senandung Islami sejak awal hingga berakhir di sekitar Alun –Alun Sidoarjo. Secara jkeseluruhan acara berlangsung tertib. Kecuali itu, di beberapa titik keramaian, iring-iringan mereka memang sempat juga menghambat kelancaran arus lalu lintas kendaraan. Namun, tidak sampai menimbulkan kemacetan lalu lintas kendaraan.
Rabu, 06 Juli 2011
Pengobatan gratis dan murah untuk Dhuafa
Pada tanggal 29 Mei2011 , hari Ahad pagi, LMI Sidoarjo dan BSMI mengadakan Bakti Sosial Pengobatan Gratis. Pengobatan kali ini dilakukan di Desa Punggul, Kecamatan Gedangan Sidoarjo dengan jumlah tenaga relawan 10 orang termasuk tenaga medis 4 orang dokter.
Masyarakat sangat bersyukur bakti sosial pengobatan gratis dapat dilakukan di desanya dan memang ini pengobatan gratis yang kedua kali diadakan di tempat ini dan kegiatan ini tidak unsur politik , agama , ras dan murni bantuan untuk kemanusian. Karenanya Bapak RT dan RW beserta Para pengurus masijd membantu mengumumkan ke warga kalau ada Pengobatan Gratis.
Dalam pemberian pengobatan gratis ini , tersedia pemeriksaan gratis Kadar Gula Dalam Darah, Kolesterol dan Asam Urat. Hasil yang dicapai dalam Baksos kali ini dengan jumlah pasien sebanyak 74 orang , sedangkan penyakit yang banyak didapat pada warga setempat adalah : HIPERTENSI , DIABETES dan ASMA / ISPA.
Pengobatan gratis ini adalah kegiatan untuk mengawali kerjasama LMI Sidoarjo dengan Bulan Sabit Merah (BSMI) untuk buka setiap hari pengobatan dan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sehati mulai jam 17.00 WIB sampai 20.00 WIB. Sebelumnya memang sudah buka, tetapi hanya 3 hari itupun waktu sangat terbatas, sedangkan warga yang ingin berobat sangat antusias untuk memanfaatkan Rumah Sehati ini. Karena periksa di Rumah Sehati cukup murah dan terjangkau tempatnya, apalagi warga merasa cocok dengan pelayanan dan banyak warga yang merasa semakin sehat setelah berobat di Rumah Sehati.
“ Alhamdulillah ada Rumah Sehati ini, saya sangat senang karena tidak perlu jauh-jauh ke tempat lain, saya ini orang yang tidak punya, di sini enak bayarnya murah sekali.” Ujar bu Halimah, salah satu dhuafa yang sering berobat di Rumah Sehati.
Langganan:
Komentar (Atom)





